BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Air
adalah
zat kimia yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat
ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan
bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi.
Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di
kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan,
hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air dalam
obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui
penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata
air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia.
Di
banyak tempat di dunia terjadi kekurangan persediaan air. Selain di bumi, sejumlah
besar air juga diperkirakan terdapat pada kutub utara dan selatan planet Mars,
serta pada bulan-bulan Europa dan Enceladus. Air dapat berwujud padatan (es),
cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara
alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut. Pengaturan air
yang kurang baik dapat menyebakan kekurangan air, monopolisasi serta
privatisasi dan bahkan menyulut konflik. (Wikipedia).
Air
adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O. Satu
molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada
satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau
pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15
K (0 °C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki
kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula,
asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik.
Air
sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat
kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di
bawah tekanan dan temperatur standar. Dalam bentuk ion, air dapat
dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H+) yang berasosiasi
(berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH-).
Reaksi Redoks adalah reaksi yang didalamnya terjadi
perpindahan elektron secara berurutan dari satu spesies kimia ke spesies kimia
lainnya, yang sesungguhnya terdiri atas dua reaksi yang berbeda, yaitu oksidasi
(kehilangan elektron) dan reduksi (memperoleh elektron). Reaksi ini merupakan
pasangan, sebab elektron yang hilang pada reaksi oksidasi sama dengan elektron
yang diperoleh pada reaksi reduksi. Masing-masing reaksi (oksidasi dan reduksi)
disebut reaksi paruh (setengah reaksi), sebab diperlukan dua setengah reaksi
ini untuk membentuk sebuah reaksi dan reaksi keseluruhannya disebut
reaksi redoks.
Ada tiga definisi yang dapat digunakan untuk oksidasi,
yaitu kehilangan elektron, memperoleh oksigen, atau kehilangan hidrogen. Dalam
pembahasan ini, kita menggunakan definisi kehilangan elektron.
Oksidasi adalah reaksi dimana suatu senyawa kimia
kehilangan elektron selama perubahan dari reaktan menjadi produk. Sebagai
contoh, ketika logam Kalium bereaksi dengan gas Klorin membentuk garam Kalium
Klorida (KCl), logam Kalium kehilangan satu elektron yang kemudian akan
digunakan oleh klorin. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
K
—–> K+ + e-
Ketika Kalium kehilangan elektron, para kimiawan
mengatakan bahwa logam Kalium itu telah teroksidasi menjadi kation Kalium. Seperti
halnya oksidasi, ada tiga definisi yang dapat digunakan untuk menjelaskan
reduksi, yaitu memperoleh elektron, kehilangan oksigen, atau memperoleh
hidrogen. Reduksi sering dilihat sebagai proses memperoleh elektron. Sebagai
contoh, pada proses penyepuhan perak pada perabot rumah tangga, kation perak
direduksi menjadi logam perak dengan cara memperoleh elektron. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :
Ag+ + e-
——> Ag
Ketika mendapatkan elektron, para kimiawan mengatakan
bahwa kation perak telah tereduksi menjadi logam perak. Baik
oksidasi maupun reduksi tidak dapat terjadi sendiri, harus keduanya. Ketika
elektron tersebut hilang, sesuatu harus mendapatkannya. Sebagai contoh,
reaksi yang terjadi antara logam seng dengan larutan tembaga (II) sulfat dapat
dinyatakan dalam persamaan reaksi berikut :
Zn(s) + CuSO4(aq)
——> ZnSO4(aq) + Cu(s)
Zn(s) + Cu2+(aq)
——> Zn2+(aq) + Cu(s) (persamaan ion bersih)
Sebenarnya, reaksi keseluruhannya terdiri atas dua
reaksi paruh :
Zn(s) ——> Zn2+(aq)
+ 2e-
Cu2+(aq) + 2e-
——> Cu(s)
1.2 RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa
itu redoks?
2.
Bagaimana
persamaan sederhana reaksi redoks dalam air?
3.
Bagaimana
kestabilan redoks dalam air?
4.
Bagaimana
potensial redoks dalam air?
5.
Bagaimana
reaksi redoks dalam air gambut?
1.3 TUJUAN
PENULISAN
Dari rumusan masalah diatas, maka
tujuan penulisannya adalah sebagai berikut
1.
Untuk
mengetahui pengertian dari redoks
2.
Untuk
mengetahui persamaan sederhana reaksi redoks dalam air
3.
Untuk
mengetahui kestabilan redoks dalam air
4.
Untuk
mengetahui potensial redoks dalam air
5.
Untuk
mengertahui redoks dalam air gambut
1.4 BATASAN
MASALAH
Makalah ini hanya membahas
tentang reaksi reduksi dan oksidasi pada air.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN REDOKS
Bilangan oksidasi logam dalam senyawa logam transisi
dapat bervariasi dari rendah ke tinggi. Bilangan oksidasi ini dapat berubah
dengan reaksi redoks. Akibat hal ini, jarak ikatan dan sudut ikatan antara
logam dan unsur yang terkoordinasi, atau antar logam, berubah dan pada saat
tertentu keseluruhan struktur kompleks dapat terdistorsi secara dramatik atau
bahkan senyawanya dapat terdekomposisi. Reaksi senyawa logam transisi dengan
berbagai bahan oksidator atau reduktor juga sangat penting dari sudut pandang
sintesis. Khususnya, reaksi reduksi digunakan dalam preparasi senyawa
organlogam, misalnya senyawa kluster atau karbonil logam. Sementara itu, studi
transfer elektron antar kompleks, khususnya reaksi redoks senyawa kompleks
logam transisi telah berkembang .
Redoks (singkatan dari reaksi reduksi-oksidasi) adalah istilah yang menjelaskan berubahnya bilangan
oksidasi (keadaan oksidasi) atom-atom
dalam sebuah reaksi kimia. Hal ini dapat berupa proses redoks yang sederhana seperti oksidasi karbon yang menghasilkan karbon
dioksida, atau reduksi karbon oleh hidrogen menghasilkan metana(CH4), ataupun ia dapat berupa proses yang kompleks seperti
oksidasi gula pada tubuh manusia melalui rentetan transfer
elektron yang rumit. Istilah redoks
berasal dari dua konsep, yaitu reduksi dan oksidasi. Ia dapat dijelaskan dengan
mudah sebagai berikut:
1.
Oksidasi menjelaskan ;
b)
reaksi pengikatan oksigen dan
c)
reaksi yang mengalami kenaikan bilangan biloks
2. Reduksi
menjelaskan ;
b)
reaksi pelepasan oksigen dan
c)
reaksi yang mengalami penurunan bilangan biloks.
Pada reaksi
Redoks terjadi transfer elektron dari fase satu ke yang lain dan elektron
tersebut tidak hilang maupun diciptakan selama proses redoks. Oksidasi dan
reduksi selalu terjadi bersama tidak ada suatu zat yang teroksidasi tanpa
adanya zat lain yang mengalami reduksi. Zat yang menyebabkan zat lain mengalami
oksidasi disebut oksidator, dan zat yang menyebabkan zat lain mengalami reduksi
disebut reduktor. Oksidator akan mengalami reaksi reduksi sedangkan reduktor
mengalami oksidasi.
Oksidasi dan reduksi tepatnya
merujuk pada perubahan bilangan oksidasi karena transfer elektron yang sebenarnya
tidak akan selalu terjadi. Sehingga oksidasi lebih baik didefinisikan sebagai
peningkatan bilangan oksidasi, dan reduksi sebagai penurunan bilangan oksidasi.
Dalam prakteknya, transfer elektron akan selalu mengubah bilangan oksidasi,
namun terdapat banyak reaksi yang diklasifikasikan sebagai "redoks"
walaupun tidak ada transfer elektron dalam reaksi tersebut (misalnya yang
melibatkan ikatan kovalen).
Senyawa-senyawa yang memiliki
kemampuan untuk mereduksi senyawa lain dikatakan sebagai reduktif dan dikenal
sebagai reduktor atau agen
reduksi. Reduktor melepaskan elektronnya ke senyawa lain, sehingga ia sendiri
teroksidasi. Oleh karena ia "mendonorkan" elektronnya, ia juga
disebut sebagai penderma elektron. Senyawa-senyawa yang berupa
reduktor sangat bervariasi. Unsur-unsur logam seperti Li, Na, Mg, Fe, Zn, dan Al dapat digunakan
sebagai reduktor.
Logam-logam
ini akan memberikan elektronnya dengan mudah. Reduktor jenus lainnya adalah
reagen transfer hidrida, misalnya NaBH4 dan LiAlH4,
reagen-reagen ini digunakan dengan luas dalam kimia organik, terutama dalam reduksi senyawa-senyawa
karbonil menjadi alkohol. Metode reduksi lainnya yang juga
berguna melibatkan gas hidrogen (H2) dengan katalis paladium, platinum, atau nikel, Reduksi katalitik ini utamanya digunakan pada
reduksi ikatan rangkap dua atau tiga karbon-karbon.
Cara yang mudah untuk melihat proses
redoks adalah, reduktor mentransfer elektronnya ke oksidator. Sehingga dalam
reaksi, reduktor melepaskan elektron dan teroksidasi, dan oksidator mendapatkan
elektron dan tereduksi. Pasangan oksidator dan reduktor yang terlibat dalam
sebuah reaksi disebut sebagai pasangan redoks
Reaksi
redoks sangat penting dalam kimia lingkungan, air alami dan air buangan. Laju
oksidasi buangan sangat penting pada pengoperasian instalasi pengolahan
buangan. Reduksi besi (iii) menjadi besi (ii) terlarut di dalam reservoir
menyebabkan masalah penyesihan besi di dalam instalasi pengolahan air.
Kebanyakan reaksi redoks yang penting dikatalisa oleh mikroorganisme. Bakteri
adalah katalis untuk reaksi antara molekul oksign dan bahan organic, reduksi
besi (iii) menjadi besi (ii) atau oksidasi ammonia menjadi nitrat. Anologi
terhadap reaksi asam basa, aktivitas ion hidrogen digunakan untuk mengekspresikan
keasaman atau kebebasan air.Air dengan konsentrasi ion hidrogen tinggi (asam),
air dengan konsentrasi ion hidrogen rendah (basa).Anologi air terhadap
aktivitas tinggi (pereduksi), dan air dengan aktivitas elektron rendah
(pengoksidasi). Suatu
atom, molekul atau ion melakukan
a.
Oksidasi : apabila kehilangan elektron
b.
Reduksi : apabila menerima elektron
Definisi
lain unsur pengoksidasi adalah substansi yang dapat menerima elektron sedangkan
unusr pereduksi adalah substansi yang dapat memberikan elektron. Contoh:
H2
2
H+ + 2e-
Cl2
+ 2e_ 2
Cl-
H2
+ Cl2 2
H- + 2 Cl—
Contoh
lain :
4
Fe + 3 O2 2
Fe22+ + O32-
2
Fe 2- + Cl2 2
Fe3+ + 2 Cl—
Redoks
kompleks memerlukan adanya senyawa ketiga, misalnya asam atau air. Jika unsur pengoksidasi
merupakan senyawa yang mengandung oksigen, seperti KMnO4, K2Cr2O7
dan lain-lain salah satu produk adalah air. Unsur pengoksidasi yang paling
penting di air alami adalah oksigen molekuler terlarut, O2. Dalam
reaksi, setiap atom oksigen direduksi dari bentuk oksidasi 0 menjadi bentuk -2
dalam H2O atau OH-. Reaksi paruh yang terjadi dalam
larutan asam :
O2 +
4H+ + 4e 2
H2O
Sedangkan yang terjadi
dalam larutan basa adalah :
O2 +
2 H2O + 4e 4
OH-
2.2 PERSAMAAN SEDERHANA REAKSI REDOKS
Dalam air, terdapat beberapa reaksi redoks sederhana
yang dapat dituliskan dengan:
H20 à 2 H+ - 2e
Cl20 + 2e à 2 Cl-
H20
+ Cl20 à 2 H+ + 2 Cl-
Contoh
lain:
a. 4 Fe0
+ 3 O20 à 2 Fe23+
O32-
b. Mg0 + H2
+ SO42- à Mg2+SO42- + H20
c. 2
Fe2+ + Cl20 à 2 Fe3+ + 2 Cl-
d. 2
I- + Cl20 à I20 + 2 Cl-
e. 3MnO42-
+ 4H+ à 2MnO4- + MnO2
+ 2H2O
f. Fe2O3
+ 3CO à 2Fe + 3CO2
g. S
+ O2 à SO2
2.3 KESTABILAN REDUKSI-OKSIDASI
DALAM AIR
Suatu ion atau molekul dalam larutan dapat terurai
melalui reaksi redoks
dengan zat lain yang ada dalam larutan. Kestabilan
suatu zat dalam larutan maka harus dipertimbangkan semua reaktan yang mungkin seperti : pelarut,
zat terlarut (disproporsionasi), zat
terlarut lain dan O2 (oksigen) yang terlarut. Spesies yang tidak mengalami reaksi redoks di
dalam air:Harus memiliki potensial reduksi yang berada di antara bataskedua
reaksi tersebut.
Daerah
Kestabilan air
2.3.1
MEDAN KESTABILAN AIR
Suatu zat pereduksi yang dapat mereduksi air menjadi H2 dengan cepat atau suatu pengoksidasi yang
dapat mengoksidasi air menjadi O2 dengan cepat tidak akan bertahan
di dalam larutan. Hal ini analog dengan efek Leveling Bronsted untuk asam dan basa. Dalam
reaksi reduksi-oksidasi hal seperti ini dinyatakan dengan medan kestabilan air
Medan kestabilan air terdiri dari nilai potensial reduksi dan pH untuk air yang
stabil secara termodinamika terhadap reaksio ksidasi reduksi.
2.3.2 REAKSI DENGAN AIR
·
Air dapat bertindak sebagai
oksidator,dengan tereduksi menjadi H2. Dimana reaksinya adalah
sebagai berikut:
2H2O(l) + 2e
→ H2(g) + 2OH-(aq) E
= -(0.059 V)pH
·
Tetapi potensial yang dibutuhkan untuk
reduksi ion hidronium adalah sama
2H+(aq) + 2e → H2
(g) E=-(0.059
V)pH
Ini adalah reaksi yang dikenal sebagai reduksi
air.untuk menurunkan persamaan ini,kita harus mengambil tekanan parsial H2
pada 1 bar dan v=2 pada Persamaan Nernst.
·
Air dapat pula bertindak sebagai
pereduksi ketika teroksidasi menjadi O2 :
O2(g) + 4H-(aq)
+ 4e → 2H2O(l) E=1.23
V – (0.059 V)pH
Untuk menurunkan persamaan
ketergantungan pH dari persamaan Nernst,kita harus mengasumisikan tekanan
parsial O2 = 1 bar dan v = 4.
Variasi
dari 3 potensial dengan pH pada
spesies yang dapat bertahan dalam air harus memiliki potensial di antara limit
yang ditentukan pada proses ini.
2.3.3 OKSIDASI
OLEH AIR
·
M(s) + H2O(l)
→ M+(aq) + ½ H2(g) + OH- (aq)
·
M(s) + H+(aq)
→ M+(aq) + ½ H2(g)
Reaksi tersebut secara termodinamik
ketika M = logam blok-s slain Be atau logam seri-d pertama dari grup 4 sampai dengan grup 7(Ti,Cr,Mn)
·
Sejumlah logam lain mengalami reaksi yang
mirip tapi dengan jumlah elektron yang ditransfer berbeda.Contoh dari grup 3:
2Sc(s) + 6H+(aq) →
2Sc3+(aq) +3H2(g)
·
Ketika Eo dari Mn+/M
adalah(-) logam tersebut menjalani oksidasi dalam 1M asam dengan melepaskan H2.Tetapi,reaksi
mungkin berjalan pelan,dalam hal ini lebih tepat untuk mempertimbangkan peranan
overpotensial.
·
Meskipun reaksi dari Mg dan Al dengan
kelembaban udara adalah spotan,kedua metal ini dapat digunakan bertahun-tahun
dalam kehadiran air dan oksigen
·
Mereka bertahan karena diproteksi
melawan reaksi( passivated)dengan lapisan oksida.
2. 3.4 REDUKSI
OLEH AIR
·
Air yang diasamkan adalah reduktor yang
buruk kecuali terhadap oksidator kuat (contoh: Co3+(aq);Eo (Co3+,Co2+)=
+ 1.92 V ; direduksi oleh air sbb:
4 Co3+ (aq) + 2H2O (l) → 4Co2+
(aq) + O2(g) + 4H+ (aq) Eo= +0,69 V
·
Eo ≈ overpotensial yang
diperlukan untuk mempercepat reaksi signifikan
·
Karena H+ diproduksi selama reaksi
,keasamaan yang rendah akan menyukai oksidasi→
berkurang ,pembentukan produk >>
·
Oksidator lain yang dapat mengoksidasi
air:
-
Ag2+ (Eo= + 1.23V)
-
Ce4+/Ce3+(Eo =
+1.76 V)
-
( Suasana Asam ) Cr2O7- /Cr3+ (Eo =
+1.38 V)
-
( Suasana Asam ) MnO4-/mn2+ (Eo = + 1.51
V)
2.3.5 REAKSI DISPROPORSIONASI
·
Karena E° ( Cu+, Cu ) = =
0,52V dan E ( Cu2+, Cu + ) = + 0,16 V, dan kedua
potensial berada dalam daerah kestabilan air, Cu+ tidak mengoksidasi atau
mereduksi air.
·
Meskipun demikian Cu(l) tidak stabil
dilarutan aqueous karena dapat menjalani disproporsionasi menjadi reaksi redoks
dimana biloks suatu unsur naik atau turun secara simultan.
·
Unsur yang mengalami disproporsionasi
bertindak sebagai oksidator dan reduktor bagi dirinya sendiri.
2Cu+(aq)
-> Cu2+ (aq) + Cu(s)
Merupakan
selisih dari 2 setengah - reaksi sebagai berikut :
Cu +(aq)
+ e- -> Cu(s) E = +0,52V
Cu2(aq)
+ e- -> Cu+(aq) E = +0,16V
Disproporsionasi ini
spontan karena E = ( 0,52V ) – (0,16V) =
0,36V
2.4
POTENSI REDUKSI-OKSIDASI
Potensi
redoks (reduksi dan oksidasi) atau oxidation – reduction potential (ORP) yang
menggambarkan aktivitas electron (e) diperairan adalah potensi larutan untuk
mentransfer electron dari suatu oksidan kepada reduktan.suatu bahan dikatakan
mengalami oksidasi jika kehilangan elekron dan dikatakan mengalami reduksi jika
menerima electron.adapun contoh proses oksidasi reduksi ditunjukkan dalam
persamaan.
Fe3+
+ e-
Fe 2+
Pada
persamman, ion
ferri (Fe3+) memperoleh
electron atau mengalami reduksi menjadi ion
ferro
(Fe 2+); sedangkan ion ferro kehilangan electron atau mengalami
oksidasi menjadi ion ferri.proses oksidasi ferro karbonat menjadi ferri
karbonat yang melibatkan oksigen ditunjukkan dalam persamaan reaksi.
4Fe(HCO3)2
+ 2H2O + O2 ↔ 4Fe (OH)2 + 8CO2
(Larut) (Mengendap)
Adanya
parameter ORP dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa suatu sistem,dalam hal ini
larutan,mengalami proses oksidasi sehingga terjadi perubahan yang terus –
menerus dari perbandingan(rasio) antara bentuk teroksidasi dan
tereduksi.potensi reduksi mempengaruhi proses kimia yang terjadi
diperairan.pada penentuan potensi reduksi,parameter yang diukur adalah
elektroda hidrogen.ORP dinyatakan dengan persamaan .
ORP
= Eo –
x
log 10
Keterangan :
Eo = potensial oksidasi
z =
jumlah electron pada proses reaksi
Reaksi
yang terjadi pada kondisi aerob memiliki nilai ORP > 200 mV, sedangkan reaksi pada kondisi
anaerob memiliki nilai ORP < 50 mV.perairan dengan kadar oksigen jenuh pH
7,dan kondisi suhu 25o C memiliki nilai ORP 0,80 volt.perairan alami biasanya
memiliki nilai ORP berkisar antara 0,45 – 0,52 volt.
Nilai
ORP sedikit dipengaruhi oleh suhu,namun sangat dipengaruhi oleh kadar oksigen. Pada lapisan hipolimmium,nilai ORP
dapat mencapai nol.pada lumpur dasar perairan yang memiliki kondisi
anaerob,nilai ORP dapat mencapai -0,1 volt.
2.5 REAKSI
REDUKSI-OKSIDASI AIR
GAMBUT
Air
gambut adalah air permukaan yang banyak terdapat di daerah berawa maupun
dataran rendah terutama di Sumatera dan Kalimantan, yang mempunyaiciri-ciri
sebagai berikut (Kusnaedi, 2006) :
•
Intensitas warna yang tinggi (berwarna merah kecoklatan)
•
pH yang rendah
•
Kandungan zat organik yang tinggi
•
Kekeruhan dan kandungan partikel tersuspensi yang rendah
•
Kandungan kation yang rendah
Warna
coklat kemerahan pada air gambut merupakan akibat dari tingginya kandungan zat
organik (bahan humus) terlarut terutama
dalam bentuk asamhumus dan turunannya. Asam humus tersebut berasal dari
dekomposisi bahanorganik seperti daun, pohon atau kayu dengan berbagai tingkat
dekomposisi, namun secara umum telah mencapai dekomposisi yang stabil (Syarfi,
2007).
Dalam
berbagai kasus, warna akan semakin tinggi karena disebabkan oleh adanya logam besi yang terikat oleh
asam-asam organik yang terlarut dalam air tersebut. Struktur gambut yang lembut dan mempunyai
pori-pori menyebabkannya mudah untuk menahan air dan air pada lahan gambut
tersebut dikenal dengan air gambut.
Watzlaf,
et al. (2004) menyatakan bahwa oksidasi pirit (FeS2) akan membentuk
ion ferro (Fe2+), sulfat, dan beberapa proton membentuk keasaman,
sehingga kondisi lingkungan menjadi asam. Stumm dan Morgan (1981) menguraikan
reaksi oksidasi pirit (FeS2) dalam reaksi berikut :
FeS2(s)
+ 3,5O2 + H2O → Fe2+ + 2 SO42-
+ 2H+ (1)
Fe2+
+ 0,25 O2 + H+ → Fe3+ + 0,5 H2O (2)
FeS2(s)
+ 14 Fe3+ + 8 H2O → 15 Fe2+ + 2 SO42-
+ 16 H+ (3)
Fe3+
+ 3 H2O ↔ 2 Fe(OH)3(s) + 3 H+ (4)
Pada
reaksi (1) pirit (FeS2) dioksidasi membentuk besi ferro (Fe2+),
sulfat (SO42-) dan beberapa proton penyebab keasaman (H+),
sehingga lingkungan menjadi masam. Menurut Higgins dan Hard (2003) pada pH air
yang cukup masam bakteri-bakteri acidophilic
yang merupakan pengoksidasi besi dan sulfat yang dapat mempercepat proses
oksidasi pirit akan tumbuh pesat (1).
Oksidasi
langsung melalui persamaan reaksi (1), dan secara tidak langsung, dimana
terlebih dahulu Fe2+ dioksidasi menjadi Fe3+ (2) yang
akan mengoksidasi pirit secara abiotik (3). Selanjutnya, reaksi (4) akan
berlangsung jika pH air mencapai > 2,8. Dalam reaksi ini, Fe3+
akan dihidrolisis dan membentuk endapan besi hidroksida (Fe(OH)3).
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Redoks (singkatan dari reaksi reduksi-oksidasi) adalah istilah yang menjelaskan berubahnya bilangan
oksidasi (keadaan oksidasi) atom-atom
dalam sebuah reaksi kimia.
2. Reaksi sederhana pada air salah satunya
adalah 4 Fe0 + 3 O20 à 2 Fe23+ O32-
3. Kestabilan reaksi reduksi-oksidasi pada air
dapat tergantung dari pelarut, zat terlarut (disproporsionasi), zat terlarut lain dan O2 (oksigen)
yang
terlarut. Selain itu Air dapat bertindak sebagai
oksidator,dengan tereduksi menjadi H2. Dimana reaksinya adalah
sebagai berikut:
·
2H2O(l) + 2e → H2(g)
+ 2OH-(aq) E = -(0.059 V)pH
·
Tetapi potensial yang dibutuhkan untuk
reduksi ion hidronium adalah sama
2H+(aq) + 2e
→ H2 (g) E=-(0.059
V)pH
(Ini adalah reaksi yang
dikenal sebagai reduksi air)
·
Air dapat pula bertindak sebagai
pereduksi ketika teroksidasi menjadi O2 :
O2(g) + 4H-(aq)
+ 4e → 2H2O(l) E=1.23
V – (0.059 V)pH
4. Potensi redoks (reduksi
dan oksidasi) atau oxidation – reduction potential (ORP) yang menggambarkan
aktivitas electron (e) diperairan adalah potensi larutan untuk mentransfer
electron dari suatu oksidan kepada reduktan.suatu bahan dikatakan mengalami
oksidasi jika kehilangan elekron dan dikatakan mengalami reduksi jika menerima
electron
5.
Watzlaf, et al. (2004) menyatakan bahwa
oksidasi pirit (FeS2) akan membentuk ion ferro (Fe2+),
sulfat, dan beberapa proton membentuk keasaman, sehingga kondisi lingkungan
menjadi asam. Stumm dan Morgan (1981) menguraikan reaksi oksidasi pirit (FeS2)
dalam reaksi berikut :
FeS2(s)
+ 3,5O2 + H2O → Fe2+ + 2 SO42-
+ 2H+ (1)
Fe2+
+ 0,25 O2 + H+ → Fe3+ + 0,5 H2O (2)
FeS2(s)
+ 14 Fe3+ + 8 H2O → 15 Fe2+ + 2 SO42-
+ 16 H+ (3)
Fe3+
+ 3 H2O ↔ 2 Fe(OH)3(s) + 3 H+ (4)
3.2 SARAN
Dalam penyusunan makalah ini kami mohon dengan sangat
masukan dan kritikan dari Bapak dosen
agar kami menjadi lebih baik, karena dalam penyusunan makalah ini kami mungkin
banyak kata atau penulisan kata yang salah, sehingga dengan adanya saran dari
bapak/ibu dosen makalah ini dapat kami perbaiki dan berguna bagi yang
membacanya kelak.
DAFTAR PUSTAKA
Atastina. Dkk. 2005. Penghilangan Kesadahan air yang Mengandung
ion Ca2+ dengan menggunakan zeolit Alam Lampung sebagai Penukar Kation.
http//www. Google. Com. (10 mei 2008)
Banggali. T. 2004. Kimia Lingkungan. Makassar: Jurusan
kimia FMIPA UNM.
Husada Bakti. 1995. Pelatihan Penyehatan Air.Jakarta : Departemen
Kesehatan Ri
Kris. 2006. Air Sadah , My stories .
http//www. Yahoo. Com. (12 mei 2008)
Sanropie. Dkk. 1984. Penyedian Air Bersih. Jakarta. Depkes RI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar