Minggu, 02 Juni 2013

Reaksi Redoks Dalam Air


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
            Air adalah zat kimia yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia.
            Di banyak tempat di dunia terjadi kekurangan persediaan air. Selain di bumi, sejumlah besar air juga diperkirakan terdapat pada kutub utara dan selatan planet Mars, serta pada bulan-bulan Europa dan Enceladus. Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut. Pengaturan air yang kurang baik dapat menyebakan kekurangan air, monopolisasi serta privatisasi dan bahkan menyulut konflik. (Wikipedia).
            Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O. Satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik.
            Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di bawah tekanan dan temperatur standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H+) yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH-).
            Reaksi Redoks adalah reaksi yang didalamnya terjadi perpindahan elektron secara berurutan dari satu spesies kimia ke spesies kimia lainnya, yang sesungguhnya terdiri atas dua reaksi yang berbeda, yaitu oksidasi (kehilangan elektron) dan reduksi (memperoleh elektron). Reaksi ini merupakan pasangan, sebab elektron yang hilang pada reaksi oksidasi sama dengan elektron yang diperoleh pada reaksi reduksi. Masing-masing reaksi (oksidasi dan reduksi) disebut reaksi paruh (setengah reaksi), sebab diperlukan dua setengah reaksi ini untuk membentuk sebuah reaksi  dan reaksi keseluruhannya disebut reaksi redoks.

            Ada tiga definisi yang dapat digunakan untuk oksidasi, yaitu kehilangan elektron, memperoleh oksigen, atau kehilangan hidrogen. Dalam pembahasan ini, kita menggunakan definisi kehilangan elektron.

            Oksidasi adalah reaksi dimana suatu senyawa kimia kehilangan elektron selama perubahan dari reaktan menjadi produk. Sebagai contoh, ketika logam Kalium bereaksi dengan gas Klorin membentuk garam Kalium Klorida (KCl), logam Kalium kehilangan satu elektron yang kemudian akan digunakan oleh klorin. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

                                                            K  —–>    K+ + e-

            Ketika Kalium kehilangan elektron, para kimiawan mengatakan bahwa logam Kalium itu telah teroksidasi menjadi kation Kalium. Seperti halnya oksidasi, ada tiga definisi yang dapat digunakan untuk menjelaskan reduksi, yaitu memperoleh elektron, kehilangan oksigen, atau memperoleh hidrogen. Reduksi sering dilihat sebagai proses memperoleh elektron. Sebagai contoh, pada proses penyepuhan perak pada perabot rumah tangga, kation perak direduksi menjadi logam perak dengan cara memperoleh elektron. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

                                                          Ag+ + e- ——>   Ag

            Ketika mendapatkan elektron, para kimiawan mengatakan bahwa kation perak telah tereduksi menjadi logam perak. Baik oksidasi maupun reduksi tidak dapat terjadi sendiri, harus keduanya. Ketika elektron tersebut hilang, sesuatu harus mendapatkannya.  Sebagai contoh, reaksi yang terjadi antara logam seng dengan larutan tembaga (II) sulfat dapat dinyatakan dalam persamaan reaksi berikut :

                                    Zn(s) + CuSO4(aq) ——>  ZnSO4(aq) + Cu(s)
                                    Zn(s) + Cu2+(aq) ——>  Zn2+(aq) + Cu(s) (persamaan ion bersih)

Sebenarnya, reaksi keseluruhannya terdiri atas dua reaksi paruh :

                                                    Zn(s) ——>   Zn2+(aq) + 2e-
                                                    Cu2+(aq) + 2e- ——>  Cu(s)














1.2  RUMUSAN MASALAH

1.         Apa itu redoks?
2.         Bagaimana persamaan sederhana reaksi redoks dalam air?
3.         Bagaimana kestabilan redoks dalam air?
4.         Bagaimana potensial redoks dalam air?
5.         Bagaimana reaksi redoks dalam air gambut?

1.3  TUJUAN PENULISAN
       Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisannya adalah sebagai berikut
1.         Untuk mengetahui pengertian dari redoks
2.         Untuk mengetahui persamaan sederhana reaksi redoks dalam air
3.         Untuk mengetahui kestabilan redoks dalam air
4.         Untuk mengetahui potensial redoks dalam air
5.         Untuk mengertahui redoks dalam air gambut

1.4  BATASAN MASALAH

       Makalah ini hanya membahas tentang reaksi reduksi dan oksidasi pada air.












BAB II
PEMBAHASAN

2.1  PENGERTIAN REDOKS
            Bilangan  oksidasi logam dalam senyawa logam transisi dapat bervariasi dari rendah ke tinggi. Bilangan oksidasi ini dapat berubah dengan reaksi redoks. Akibat hal ini, jarak ikatan dan sudut ikatan antara logam dan unsur yang terkoordinasi, atau antar logam, berubah dan pada saat tertentu keseluruhan struktur kompleks dapat terdistorsi secara dramatik atau bahkan senyawanya dapat terdekomposisi. Reaksi senyawa logam transisi dengan berbagai bahan oksidator atau reduktor juga sangat penting dari sudut pandang sintesis. Khususnya, reaksi reduksi digunakan dalam preparasi senyawa organlogam, misalnya senyawa kluster atau karbonil logam. Sementara itu, studi transfer elektron antar kompleks, khususnya reaksi redoks senyawa kompleks logam  transisi telah berkembang .
Redoks (singkatan dari reaksi reduksi-oksidasi) adalah istilah yang menjelaskan berubahnya bilangan oksidasi (keadaan oksidasi) atom-atom dalam sebuah reaksi kimia. Hal ini dapat berupa proses redoks yang sederhana seperti oksidasi karbon yang menghasilkan karbon dioksida, atau reduksi karbon oleh hidrogen menghasilkan metana(CH4), ataupun ia dapat berupa proses yang kompleks seperti oksidasi gula pada tubuh manusia melalui rentetan transfer elektron yang rumit. Istilah redoks berasal dari dua konsep, yaitu reduksi dan oksidasi. Ia dapat dijelaskan dengan mudah sebagai berikut:
1.     Oksidasi menjelaskan ;
a)      pelepasan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion
b)      reaksi pengikatan oksigen dan
c)      reaksi yang  mengalami kenaikan bilangan biloks


2.     Reduksi menjelaskan ;
a)      penambahan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion
b)      reaksi pelepasan oksigen dan
c)      reaksi yang mengalami penurunan bilangan biloks.
Pada reaksi Redoks terjadi transfer elektron dari fase satu ke yang lain dan elektron tersebut tidak hilang maupun diciptakan selama proses redoks. Oksidasi dan reduksi selalu  terjadi bersama tidak ada suatu zat yang teroksidasi tanpa adanya zat lain yang mengalami reduksi. Zat yang menyebabkan zat lain mengalami oksidasi disebut oksidator, dan zat yang menyebabkan zat lain mengalami reduksi disebut reduktor. Oksidator akan mengalami reaksi reduksi sedangkan reduktor mengalami oksidasi.
   Oksidasi dan reduksi tepatnya merujuk pada perubahan bilangan oksidasi karena transfer elektron yang sebenarnya tidak akan selalu terjadi. Sehingga oksidasi lebih baik didefinisikan sebagai peningkatan bilangan oksidasi, dan reduksi sebagai penurunan bilangan oksidasi. Dalam prakteknya, transfer elektron akan selalu mengubah bilangan oksidasi, namun terdapat banyak reaksi yang diklasifikasikan sebagai "redoks" walaupun tidak ada transfer elektron dalam reaksi tersebut (misalnya yang melibatkan ikatan kovalen).
   Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan untuk mereduksi senyawa lain dikatakan sebagai reduktif dan dikenal sebagai reduktor atau agen reduksi. Reduktor melepaskan elektronnya ke senyawa lain, sehingga ia sendiri teroksidasi. Oleh karena ia "mendonorkan" elektronnya, ia juga disebut sebagai penderma elektron. Senyawa-senyawa yang berupa reduktor sangat bervariasi. Unsur-unsur logam seperti Li, Na, Mg, Fe, Zn, dan Al dapat digunakan sebagai reduktor.
Logam-logam ini akan memberikan elektronnya dengan mudah. Reduktor jenus lainnya adalah reagen transfer hidrida, misalnya NaBH4 dan LiAlH4, reagen-reagen ini digunakan dengan luas dalam kimia organik, terutama dalam reduksi senyawa-senyawa karbonil menjadi alkohol. Metode reduksi lainnya yang juga berguna melibatkan gas hidrogen (H2) dengan katalis paladium, platinum, atau nikel, Reduksi katalitik ini utamanya digunakan pada reduksi ikatan rangkap dua atau tiga karbon-karbon.
              Cara yang mudah untuk melihat proses redoks adalah, reduktor mentransfer elektronnya ke oksidator. Sehingga dalam reaksi, reduktor melepaskan elektron dan teroksidasi, dan oksidator mendapatkan elektron dan tereduksi. Pasangan oksidator dan reduktor yang terlibat dalam sebuah reaksi disebut sebagai pasangan redoks
Reaksi redoks sangat penting dalam kimia lingkungan, air alami dan air buangan. Laju oksidasi buangan sangat penting pada pengoperasian instalasi pengolahan buangan. Reduksi besi (iii) menjadi besi (ii) terlarut di dalam reservoir menyebabkan masalah penyesihan besi di dalam instalasi pengolahan air. Kebanyakan reaksi redoks yang penting dikatalisa oleh mikroorganisme. Bakteri adalah katalis untuk reaksi antara molekul oksign dan bahan organic, reduksi besi (iii) menjadi besi (ii) atau oksidasi ammonia menjadi nitrat. Anologi terhadap reaksi asam basa, aktivitas ion hidrogen digunakan untuk mengekspresikan keasaman atau kebebasan air.Air dengan konsentrasi ion hidrogen tinggi (asam), air dengan konsentrasi ion hidrogen rendah (basa).Anologi air terhadap aktivitas tinggi (pereduksi), dan air dengan aktivitas elektron rendah (pengoksidasi). Suatu atom, molekul atau ion melakukan
a.            Oksidasi : apabila kehilangan elektron
b.           Reduksi : apabila menerima elektron
  
Definisi lain unsur pengoksidasi adalah substansi yang dapat menerima elektron sedangkan unusr pereduksi adalah substansi yang dapat memberikan elektron. Contoh:
H2                                            2 H+  + 2e-
Cl2 + 2e_                                  2 Cl-


H2 + Cl2                                   2 H- + 2 Cl

Contoh lain :
4 Fe + 3 O2                              2 Fe22+ + O32-
2 Fe 2- + Cl2                             2 Fe3+ + 2 Cl

Redoks kompleks memerlukan adanya senyawa ketiga, misalnya asam atau air. Jika unsur pengoksidasi merupakan senyawa yang mengandung oksigen, seperti KMnO4, K2Cr2O7 dan lain-lain salah satu produk adalah air. Unsur pengoksidasi yang paling penting di air alami adalah oksigen molekuler terlarut, O2. Dalam reaksi, setiap atom oksigen direduksi dari bentuk oksidasi 0 menjadi bentuk -2 dalam H2O atau OH-. Reaksi paruh yang terjadi dalam larutan asam :
                                    O2 + 4H+ + 4e                                     2 H2O
Sedangkan yang terjadi dalam larutan basa adalah :
                                    O2 + 2 H2O + 4e                     4 OH-

2.2  PERSAMAAN SEDERHANA REAKSI REDOKS
            Dalam air, terdapat beberapa reaksi redoks sederhana yang dapat dituliskan dengan:
                        H20                               à  2 H+ -  2e
                        Cl20  +  2e                    à  2 Cl-
                        H20   + Cl20                  à  2 H+  + 2 Cl-
                        Contoh lain:
a.       4 Fe0  +  3 O20                   à  2 Fe23+ O32-
b.      Mg0  +  H2 + SO42-            à  Mg2+SO42-  +  H20
c.       2 Fe2+  + Cl20                     à  2 Fe3+  +  2 Cl-
d.      2 I-  +  Cl20                                    à  I20  +  2 Cl-
e.       3MnO42- + 4H+                  à  2MnO4- + MnO2 + 2H2O
f.       Fe2O3 + 3CO                     à  2Fe + 3CO2
g.      S + O2                               à  SO2
2.3  KESTABILAN REDUKSI-OKSIDASI DALAM AIR
     Suatu ion atau molekul dalam larutan dapat terurai melalui reaksi redoks dengan zat lain yang ada dalam larutan. Kestabilan suatu zat dalam larutan maka harus dipertimbangkan semua reaktan yang mungkin seperti : pelarut, zat terlarut (disproporsionasi), zat terlarut lain dan O2 (oksigen) yang terlarut. Spesies yang tidak mengalami reaksi redoks di dalam air:Harus memiliki potensial reduksi yang berada di antara bataskedua reaksi tersebut.
                                                            Daerah Kestabilan air
2.3.1   MEDAN KESTABILAN AIR
                                Suatu zat pereduksi yang dapat mereduksi air menjadi H2 dengan cepat atau suatu pengoksidasi yang dapat mengoksidasi air menjadi O2 dengan cepat tidak akan bertahan di dalam larutan. Hal ini analog dengan efek Leveling Bronsted untuk asam dan basa. Dalam reaksi reduksi-oksidasi hal seperti ini dinyatakan dengan medan kestabilan air Medan kestabilan air terdiri dari nilai potensial reduksi dan pH untuk air yang stabil secara termodinamika terhadap reaksio ksidasi reduksi.


2.3.2   REAKSI DENGAN AIR
·         Air dapat bertindak sebagai oksidator,dengan tereduksi menjadi H2. Dimana reaksinya adalah sebagai berikut:
2H2O(l) + 2e → H2(g) + 2OH-(aq)                       E = -(0.059 V)pH
·         Tetapi potensial yang dibutuhkan untuk reduksi ion hidronium adalah sama
2H+(aq) + 2e → H2 (g)                                          E=-(0.059 V)pH
Ini adalah reaksi yang dikenal sebagai reduksi air.untuk menurunkan persamaan ini,kita harus mengambil tekanan parsial H2 pada 1 bar dan v=2 pada Persamaan Nernst.
·         Air dapat pula bertindak sebagai pereduksi ketika teroksidasi menjadi O2 :
O2(g) + 4H-(aq) + 4e → 2H2O(l)                 E=1.23 V – (0.059 V)pH

Untuk menurunkan persamaan ketergantungan pH dari persamaan Nernst,kita harus mengasumisikan tekanan parsial O2 = 1 bar dan v = 4. Variasi dari 3 potensial dengan pH pada spesies yang dapat bertahan dalam air harus memiliki potensial di antara limit yang ditentukan pada proses ini.
2.3.3  OKSIDASI OLEH AIR
·         M(s) + H2O(l) → M+(aq) + ½ H2(g) + OH- (aq)
·         M(s) + H+(aq) → M+(aq) + ½ H2(g)
Reaksi tersebut secara termodinamik ketika M = logam blok-s slain Be atau logam seri-d pertama dari grup 4 sampai dengan grup 7(Ti,Cr,Mn)
·         Sejumlah logam lain mengalami reaksi yang mirip tapi dengan jumlah elektron yang ditransfer berbeda.Contoh dari grup 3:
2Sc(s) + 6H+(aq) → 2Sc3+(aq) +3H2(g)
·         Ketika Eo dari Mn+/M adalah(-) logam tersebut menjalani oksidasi dalam 1M asam dengan melepaskan H2.Tetapi,reaksi mungkin berjalan pelan,dalam hal ini lebih tepat untuk mempertimbangkan peranan overpotensial.
·         Meskipun reaksi dari Mg dan Al dengan kelembaban udara adalah spotan,kedua metal ini dapat digunakan bertahun-tahun dalam kehadiran air dan oksigen
·         Mereka bertahan karena diproteksi melawan reaksi( passivated)dengan lapisan oksida.

2. 3.4 REDUKSI OLEH AIR
·         Air yang diasamkan adalah reduktor yang buruk kecuali terhadap oksidator kuat (contoh: Co3+(aq);Eo (Co3+,Co2+)= + 1.92 V ; direduksi oleh air sbb:
4 Co3+ (aq) + 2H2O (l) → 4Co2+ (aq) + O2(g) + 4H+ (aq) Eo= +0,69 V
·           Eo ≈ overpotensial yang diperlukan untuk mempercepat reaksi signifikan
·           Karena H+ diproduksi selama reaksi ,keasamaan yang rendah akan menyukai oksidasi→  berkurang ,pembentukan produk >>
·           Oksidator lain yang dapat mengoksidasi air:
-            Ag2+ (Eo= + 1.23V)
-            Ce4+/Ce3+(Eo = +1.76 V)
-            ( Suasana Asam ) Cr2O7- /Cr3+ (Eo = +1.38 V)
-            ( Suasana Asam ) MnO4-/mn2+ (Eo = + 1.51 V)

2.3.5  REAKSI DISPROPORSIONASI
·           Karena E° ( Cu+, Cu ) = = 0,52V dan E ( Cu2+, Cu + ) = + 0,16 V, dan kedua potensial berada dalam daerah kestabilan air, Cu+ tidak mengoksidasi atau mereduksi air.
·           Meskipun demikian Cu(l) tidak stabil dilarutan aqueous karena dapat menjalani disproporsionasi menjadi reaksi redoks dimana biloks suatu unsur naik atau turun secara simultan.
·         Unsur yang mengalami disproporsionasi bertindak sebagai oksidator dan reduktor bagi dirinya sendiri.
                                                            2Cu+(aq) -> Cu2+ (aq) + Cu(s)
              Merupakan selisih dari 2 setengah - reaksi sebagai berikut :
                                                       Cu +(aq) + e-  -> Cu(s)     E = +0,52V
                                                       Cu2(aq) + e-  -> Cu+(aq)     E = +0,16V
   Disproporsionasi ini spontan karena E =  ( 0,52V ) – (0,16V) = 0,36V

2.4    POTENSI REDUKSI-OKSIDASI
          Potensi redoks (reduksi dan oksidasi) atau oxidation – reduction potential (ORP) yang menggambarkan aktivitas electron (e) diperairan adalah potensi larutan untuk mentransfer electron dari suatu oksidan kepada reduktan.suatu bahan dikatakan mengalami oksidasi jika kehilangan elekron dan dikatakan mengalami reduksi jika menerima electron.adapun contoh proses oksidasi reduksi ditunjukkan dalam persamaan.

                                                    Fe3+ + e-  Fe 2+

                Pada persamman, ion ferri (Fe3+) memperoleh electron atau mengalami reduksi menjadi ion ferro (Fe 2+); sedangkan ion ferro kehilangan electron atau mengalami oksidasi menjadi ion ferri.proses oksidasi ferro karbonat menjadi ferri karbonat yang melibatkan oksigen ditunjukkan dalam persamaan reaksi.

                            4Fe(HCO3)2 + 2H2O + O2 ↔ 4Fe (OH)2 + 8CO2

                                        (Larut)                         (Mengendap)


                Adanya parameter ORP dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa suatu sistem,dalam hal ini larutan,mengalami proses oksidasi sehingga terjadi perubahan yang terus – menerus dari perbandingan(rasio) antara bentuk teroksidasi dan tereduksi.potensi reduksi mempengaruhi proses kimia yang terjadi diperairan.pada penentuan potensi reduksi,parameter yang diukur adalah elektroda hidrogen.ORP dinyatakan dengan persamaan .

                                        ORP = Eo –  x log 10

Keterangan :
Eo = potensial oksidasi          
  z  =  jumlah electron pada proses reaksi

                Reaksi yang terjadi pada kondisi aerob memiliki nilai ORP > 200 mV, sedangkan reaksi pada kondisi anaerob memiliki nilai ORP < 50 mV.perairan dengan kadar oksigen jenuh pH 7,dan kondisi suhu 25o C memiliki nilai ORP 0,80 volt.perairan alami biasanya memiliki nilai ORP berkisar antara 0,45 – 0,52 volt.

                Nilai ORP sedikit dipengaruhi oleh suhu,namun sangat dipengaruhi oleh kadar oksigen. Pada lapisan hipolimmium,nilai ORP dapat mencapai nol.pada lumpur dasar perairan yang memiliki kondisi anaerob,nilai ORP dapat mencapai -0,1 volt.

2.5  REAKSI REDUKSI-OKSIDASI AIR GAMBUT
Air gambut adalah air permukaan yang banyak terdapat di daerah berawa maupun dataran rendah terutama di Sumatera dan Kalimantan, yang mempunyaiciri-ciri sebagai berikut (Kusnaedi, 2006) :
• Intensitas warna yang tinggi (berwarna merah kecoklatan)
• pH yang rendah
• Kandungan zat organik yang tinggi
• Kekeruhan dan kandungan partikel tersuspensi yang rendah
• Kandungan kation yang rendah
Warna coklat kemerahan pada air gambut merupakan akibat dari tingginya kandungan zat organik (bahan humus) terlarut  terutama dalam bentuk asamhumus dan turunannya. Asam humus tersebut berasal dari dekomposisi bahanorganik seperti daun, pohon atau kayu dengan berbagai tingkat dekomposisi, namun secara umum telah mencapai dekomposisi yang stabil (Syarfi, 2007).
         Dalam berbagai kasus, warna akan semakin tinggi karena disebabkan oleh adanya logam besi yang terikat oleh asam-asam organik yang terlarut dalam air tersebut.  Struktur gambut yang lembut dan mempunyai pori-pori menyebabkannya mudah untuk menahan air dan air pada lahan gambut tersebut dikenal dengan air gambut.
Watzlaf, et al. (2004) menyatakan bahwa oksidasi pirit (FeS2) akan membentuk ion ferro (Fe2+), sulfat, dan beberapa proton membentuk keasaman, sehingga kondisi lingkungan menjadi asam. Stumm dan Morgan (1981) menguraikan reaksi oksidasi pirit (FeS2) dalam reaksi berikut :
                        FeS2(s) + 3,5O2 + H2O → Fe2+ + 2 SO42- + 2H+                      (1)
                        Fe2+ + 0,25 O2 + H+ → Fe3+ + 0,5 H2O                                  (2)
                        FeS2(s) + 14 Fe3+ + 8 H2O → 15 Fe2+ + 2 SO42- + 16 H+           (3)
                        Fe3+ + 3 H2O ↔ 2 Fe(OH)3(s) + 3 H+                                      (4)
Pada reaksi (1) pirit (FeS2) dioksidasi membentuk besi ferro (Fe2+), sulfat (SO42-) dan beberapa proton penyebab keasaman (H+), sehingga lingkungan menjadi masam. Menurut Higgins dan Hard (2003) pada pH air yang cukup masam bakteri-bakteri acidophilic yang merupakan pengoksidasi besi dan sulfat yang dapat mempercepat proses oksidasi pirit akan tumbuh pesat (1).
Oksidasi langsung melalui persamaan reaksi (1), dan secara tidak langsung, dimana terlebih dahulu Fe2+ dioksidasi menjadi Fe3+ (2) yang akan mengoksidasi pirit secara abiotik (3). Selanjutnya, reaksi (4) akan berlangsung jika pH air mencapai > 2,8. Dalam reaksi ini, Fe3+ akan dihidrolisis dan membentuk endapan besi hidroksida (Fe(OH)3).
















BAB III
PENUTUP

3.1     KESIMPULAN
1.    Redoks (singkatan dari reaksi reduksi-oksidasi) adalah istilah yang menjelaskan berubahnya bilangan oksidasi (keadaan oksidasi) atom-atom dalam sebuah reaksi kimia.
2.    Reaksi sederhana pada air salah satunya adalah 4 Fe0  +  3 O20    à   2 Fe23+ O32-
3.    Kestabilan reaksi reduksi-oksidasi pada air dapat tergantung dari pelarut, zat terlarut (disproporsionasi), zat terlarut lain dan O2 (oksigen) yang terlarut. Selain itu Air dapat bertindak sebagai oksidator,dengan tereduksi menjadi H2. Dimana reaksinya adalah sebagai berikut:
·         2H2O(l) + 2e → H2(g) + 2OH-(aq)                              E = -(0.059 V)pH
·         Tetapi potensial yang dibutuhkan untuk reduksi ion hidronium adalah sama
2H+(aq) + 2e → H2 (g)                                                E=-(0.059 V)pH
(Ini adalah reaksi yang dikenal sebagai reduksi air)
·         Air dapat pula bertindak sebagai pereduksi ketika teroksidasi menjadi O2 :
O2(g) + 4H-(aq) + 4e → 2H2O(l)                       E=1.23 V – (0.059 V)pH
4.    Potensi redoks (reduksi dan oksidasi) atau oxidation – reduction potential (ORP) yang menggambarkan aktivitas electron (e) diperairan adalah potensi larutan untuk mentransfer electron dari suatu oksidan kepada reduktan.suatu bahan dikatakan mengalami oksidasi jika kehilangan elekron dan dikatakan mengalami reduksi jika menerima electron
5.    Watzlaf, et al. (2004) menyatakan bahwa oksidasi pirit (FeS2) akan membentuk ion ferro (Fe2+), sulfat, dan beberapa proton membentuk keasaman, sehingga kondisi lingkungan menjadi asam. Stumm dan Morgan (1981) menguraikan reaksi oksidasi pirit (FeS2) dalam reaksi berikut :
                        FeS2(s) + 3,5O2 + H2O → Fe2+ + 2 SO42- + 2H+                      (1)
                        Fe2+ + 0,25 O2 + H+ → Fe3+ + 0,5 H2O                                  (2)
                        FeS2(s) + 14 Fe3+ + 8 H2O → 15 Fe2+ + 2 SO42- + 16 H+           (3)
                        Fe3+ + 3 H2O ↔ 2 Fe(OH)3(s) + 3 H+                                      (4)

3.2  SARAN
 Dalam penyusunan makalah ini kami mohon dengan sangat masukan dan kritikan dari Bapak dosen agar kami menjadi lebih baik, karena dalam penyusunan makalah ini kami mungkin banyak kata atau penulisan kata yang salah, sehingga dengan adanya saran dari bapak/ibu dosen makalah ini dapat kami perbaiki dan berguna bagi yang membacanya kelak.













DAFTAR PUSTAKA
Atastina. Dkk. 2005. Penghilangan Kesadahan air yang Mengandung ion Ca2+ dengan menggunakan zeolit Alam Lampung sebagai Penukar Kation. http//www. Google. Com. (10 mei 2008)
Banggali. T. 2004. Kimia Lingkungan. Makassar: Jurusan kimia FMIPA UNM.
Husada Bakti. 1995. Pelatihan Penyehatan Air.Jakarta : Departemen Kesehatan Ri
Kris. 2006. Air Sadah , My stories . http//www. Yahoo. Com. (12 mei 2008)
Sanropie. Dkk. 1984. Penyedian Air Bersih. Jakarta. Depkes RI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar